ARISTOTELES dan PEMIKIRANNYA
A.
Biografi Aristoteles
Pria
yang lahir di Stagmirus, Macedonia. Pada tahun 384 sM. Inilah orang pertama di
dunia yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukaknya
dengan jalan meliaht gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal orang saat ini
seperti. Kata kerja, kata benda, kata sifat dan sebagainya merupakan pembagian
kata hasil pemikirannya. Dia jugalah yang mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk sosial. Ayahnya yang bernama Nicomachus, seorang dokter di sitana
Amyntas III, raja Mecodinia, kakek Alexander Agung. Meninggal ketika
Aristoteles berusia 15 tahun. Karennanya, ia kemudia dipelihara oleh Proxenus,
pamanya- saudara dari ayahnya, pada usia 17 tahun ia masuk akademi milik Plato
di Athena. Dari situlahia kemudian menjadi murid Plato selama 20 tahun
Dengan
meninggalnya Plato pada tahun 347 sM. Aristoteles meninggalkan Athena dan
mengembara selama 12 tahun. Dalam jenjang waktu itu ia mendirikan akademi di
Assus dan menikah dengan Pythias yang tak lama kemudian meninggal. Ia lalu
menikah lagi dengan Herpyllis yang kemudian melahirkan baginya seorang anak
laki-laki yang ia beri nama Nicomachus seperti ayahnya. Pada tahu-tahun
berikutnya ia juga mendirikan akademi di Mytilele. Saat itulah ia sempat jadi
guru Alexander Agung selama 3 thun.
Di
Lyceum, Athena pada tahuan 355 sM. Ia juga mendirikan semacam akademi. Di
sinilah ia selama 12 tahun memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan
eksperimen serta membuat catatan-catatn dengan tekun dan cermat.
Pada tahun 323 sM Alexander Agung meninggal. Karena takut di bunuh orang yunani yang membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Tapi ajal emmang tal menganl tempat. Mau bersembunyi kemanapun, kalau ajal sydah tiba tidak ada yang bisa menolak. Demikian juga dengan tokoh ini, satu tahun setelah pelariannya ke kota itu, yaitu tepatnya pada tahun 322 sM, pada usia 62 tahun ia meninggal juga di kota tersebut, Chalcis Yunani.
Pada tahun 323 sM Alexander Agung meninggal. Karena takut di bunuh orang yunani yang membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Tapi ajal emmang tal menganl tempat. Mau bersembunyi kemanapun, kalau ajal sydah tiba tidak ada yang bisa menolak. Demikian juga dengan tokoh ini, satu tahun setelah pelariannya ke kota itu, yaitu tepatnya pada tahun 322 sM, pada usia 62 tahun ia meninggal juga di kota tersebut, Chalcis Yunani.
Hasil
murni karya Aristoteles jumlahnya mencengangkan. Empat puluh tujuh karyanya
masih tetap bertahan. Daftar kuno mencatat tidak kurang dari seratus tujuh
puluh buku hasil ciptaannya. Bahkan bukan sekedar banyaknya jumlah judul buku
saja yang mengagumkan, melainkan luas daya jangkauan peradaban yang menjadi
bahan renungannya juga tak kurang-kurang hebatnya. Kerja ilmiahnya betul-betul
merupakan ensiklopedi ilmu untuk jamannya. Aristoteles menulis tentang
astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi, physiologi,
dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba. Hasil karya ilmiahnya,
merupakan, sebagiannya, kumpulan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari para
asisten yang spesial digaji untuk menghimpun data-data untuknya, sedangkan sebagian
lagi merupakan hasil dari serentetan pengamatannya sendiri.
Untuk
menjadi seorang ahli paling jempolan dalam tiap cabang ilmu tentu kemustahilan
yang ajaib dan tak ada duplikat seseorang di masa sesudahnya. Tetapi apa yang
sudah dicapai oleh Aristoteles malah lebih dari itu. Dia filosof orisinal, dia
penyumbang utama dalam tiap bidang penting falsafah spekulatif, dia menulis
tentang etika dan metafisika, psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika,
keindahan, pendidikan, puisi, adat-istiadat orang terbelakang dan konstitusi
Athena. Salah satu proyek penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri yang
digunakannya untuk studi bandingan.
Mungkin
sekali, yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya adalah
penyelidikannya tentang teori logika, dan Aristoteles dipandang selaku pendiri
cabang filosofi yang penting ini. Hal ini sebetulnya berkat sifat logis dari
cara berfikir Aristoteles yang memungkinkannya mampu mempersembahkan begitu
banyak bidang ilmu. Dia punya bakat mengatur cara berfikir, merumuskan kaidah
dan jenis-jenisnya yang kemudian jadi dasar berpikir di banyak bidang ilmu
pengetahuan. Aristoteles tak pernah kejeblos ke dalam rawa-rawa mistik ataupun
ekstrim. Aristoteles senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat
praktis. Sudah barang tentu, manusia namanya, dia juga berbuat kesalahan.
Tetapi, sungguh menakjubkan sekali betapa sedikitnya kesalahan yang dia bikin
dalam ensiklopedi yang begitu luas.
Pengaruh
Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam. Di
jaman dulu dan jaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam
bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris.
Penulis-penulis Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-filosof
Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga
dicatat, buah pikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan
berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Ibnu
Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka, mencoba
merumuskan suatu perpaduan antara teologi Islam dengan rasionalismenya
Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil
mencapai sintesa dengan Yudaisme. Tetapi, hasil kerja paling gemilang dari
perbuatan macam itu adalah Summa Theologia-nya cendikiawan Nasrani St. Thomas
Aquinas. Di luar daftar ini masih sangat banyak kaum cerdik pandai abad tengah
yang terpengaruh oleh Aristoteles.
1.
Julukan:
a.
Ahli filsafat
terbesar di dunia sepanjang zaman.
b.
Bapak peradaban
barat.
c.
Bapak ilmu
pengetahuan atau guru (nya) para ilmuan.
2.
Penemuan:
a.
Logika (Ilmu mantic:
pengethaun tenatng cara berpikir dengan baik, benar, dan sehat.
b.
Biologi, fisika,
botano, astronomi, kimia, meteorology, anatomi. Zoology, embriologi, dan
psikologi eksperimental.
B.
Pemikiran-pemikiran
Aristoteles
Kekaguman
orang kepada Aristoteles menjadi begitu melonjak di akhir abad tengah tatkala
keadaan sudah mengarah pada penyembahan berhala. Dalam keadaan itu
tulisan-tulisan Aristoteles lebih merupakan semacam bungkus intelek yang jitu
tempat mempertanyakan problem lebih lanjut daripada semacam lampu penerang
jalan. Aristoteles yang gemar meneliti dan memikirkan ihwal dirinya tak salah
lagi kurang sepakat dengan sanjungan membabi buta dari generasi berikutnya terhadap
tulisan-tulisannya.
Beberapa
ide Aristoteles kelihatan reaksioner diukur dengan kacamata sekarang. Misalnya,
dia mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam.
Dan dia percaya kerendahan martabat wanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini
tentu saja mencerminkan pandangan yang berlaku pada jaman itu. Tetapi, tak
kurang pula banyaknya buah pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya,
misalnya kalimatnya, “Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dan kejahatan,” dan
kalimat “Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalam seni memerintah manusia
pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium tergantung pada pendidikan anak-anak
mudanya.” (Tentu saja, waktu itu belum ada sekolah seperti yang kita kenal
sekarang).
Di
abad-abad belakangan, pengaruh dan reputasi Aristoteles telah merosot bukan
alang kepalang. Namun, saya pikir pengaruhnya sudah begitu menyerap dan
berlangsung begitu lama sehingga saya menyesal tidak bisa menempatkannya lebih
tinggi dari tingkat urutan seperti sekarang ini. Tingkat urutannya sekarang ini
terutama akibat amat pentingnya ketiga belas orang yang mendahuluinya dalam
urutan.
Istilah-istilah
ciptaan aristoteles masih dipakai samapai sekarang:
Informasi, relasi, energi, kuantitas, kualitas, individu, substansi, materi, esensi, dsb. Ahli filsafat terbesar di dunia sepanjang zaman, bapak peradaban barat, bapak eksiklopedi, bapak ilmu pengetahuan, atau guru(nya) para ilmuwan adalah berbagai julukan yang diberikan pada ilmuan ini. Berbagai termuannya seperti logika yang diebut juga ilmu mantic yaitu pengethaun tentang cara berpikir dengan baik, benar, dan sehat, membaut namanya begitu dikenal oleh setiap orang di seluruh dunia yang pernah mengecap pendidkan.
Informasi, relasi, energi, kuantitas, kualitas, individu, substansi, materi, esensi, dsb. Ahli filsafat terbesar di dunia sepanjang zaman, bapak peradaban barat, bapak eksiklopedi, bapak ilmu pengetahuan, atau guru(nya) para ilmuwan adalah berbagai julukan yang diberikan pada ilmuan ini. Berbagai termuannya seperti logika yang diebut juga ilmu mantic yaitu pengethaun tentang cara berpikir dengan baik, benar, dan sehat, membaut namanya begitu dikenal oleh setiap orang di seluruh dunia yang pernah mengecap pendidkan.
Pemikiran kefilsafatan memiliki
cirri-ciri khas (karateristik) tertentu, sebagian besar filosof berbeda
pendapat mengenai karateristik pemikiran kefilsafatan. Apabila perbedaan
pendapat tersebut dipahami secara teliti dan mendalam, maka karateristik
pemikiran kefilsafatan tersebut terdiri dari:
1.
Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas, pemikiran yang
meliputi beberapa sudut pandang. Pemikiran kefilsafatan meliputi beberapa
cabang ilmu, dan pemikiran semacam ini ingin mengetahui hubungan antara cabang
ilmu yang satu dengan yang lainnya. Integralitas pemikiran kefilsafatan juga
memikirkan hubungan ilmu dengan moral, seni dan pandangan hidup.
2.
Mendasar, artinya pemikiran mendalam sampai kepada hasil
yang fundamental (keluar dari gejala). Hasil pemikiran tersebut dapat dijadikan
dasar berpijak segenap nilai dan masalah-masalah keilmuan (science).
3.
Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh
dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya dan hasil pemikirannya
selalu dimaksudkan sebagai medan garapan (obyek) yang baru pula.
Keadaan ini senantiasa bertambah dan
berkembang meskipun demikian bukan berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu
meragukan, karena tidak pernah selesai seperti ilmu-ilmu diluar filsafat.
Menurut Aristoteles filsafat ilmu adalah sebab dan asas segala benda. Oleh karena itu dia menamakan filsafat sebagai teologi. Filsafat sebagai refleksi dari pemikiran sistematis manusia atas realitas dan sekitarnya, tentunya tidak berdiri sendiri, tidak tumbuh diruang dan tempat yang kosong. Lingkungan keluarga, sosial alam dan potensi diri akan ikut mempengaruhi seseorang dalam melakukan refleksi filosofis. Oleh karenanya dalam sejarah pemikiran manusia terdapat tokoh pemikir ataupun filosof yang selalu saja muncul dari zaman ke zaman dengan tema yang berbeda-beda.
Menurut Aristoteles filsafat ilmu adalah sebab dan asas segala benda. Oleh karena itu dia menamakan filsafat sebagai teologi. Filsafat sebagai refleksi dari pemikiran sistematis manusia atas realitas dan sekitarnya, tentunya tidak berdiri sendiri, tidak tumbuh diruang dan tempat yang kosong. Lingkungan keluarga, sosial alam dan potensi diri akan ikut mempengaruhi seseorang dalam melakukan refleksi filosofis. Oleh karenanya dalam sejarah pemikiran manusia terdapat tokoh pemikir ataupun filosof yang selalu saja muncul dari zaman ke zaman dengan tema yang berbeda-beda.
Aristoteles (381 SM-322 SM) mengatakan
bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
1.
Pembagian filsafat menurut Aristoteles.
a.
Logika yaitu tentang bentuk susunan pikiran.
b.
Filosofia teoritika yang diperinci atas
Fisika yaitu tentang dunia materiil (ilmu alam dan sebagainya).
Fisika yaitu tentang dunia materiil (ilmu alam dan sebagainya).
c.
Matematika yaitu tentang barang menurut kuantitasnya.
Metafisika yaitu tentang ada.
Metafisika yaitu tentang ada.
d.
Filosofia praktika, tentang hidup kesusilaan (berbuat).
1)
Etika yaitu tentang kesusilaan dalam hidup perorangan.
2)
Ekonomi yaitu tentang kesusilaan dalam kekeluargaan.
3)
Politika yaitu tentang kesusilaan dalam hidup kenegaraan.
e.
Filosofia poetika/aktiva (pencipta) pada sang pencipta.
Pembagian ini meliputi seluruh ilmu
pengetahuan waktu itu, jadi apa yang sekarang dipandang termasuk ilmu
pengetahuan, dimasukkan didalamnya (khususnya bagian fisika). Sekarang dengan
tugas dibedakan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Maka pembagian filsafat
seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles telah ketinggalan, jadi harus
disesuaikan dengan perkembangan modern.
A.
Warisan Karya Aristoteles amat banyak dan terwariskan
kepada kita. Ia bukan saja ahli filsafat, akan tetapi ahli semua ilmu yang
terkenal pada waktu itu. Biasanya karya Aristoteles dibagi atas empat golongan:
1.
Logika : biasanya disebut organon (alat) membentangkan
tentang pengertian, putusan, syllogismus, bukti dan lain-lainnya.
2.
Fisika : tentang alam, langit, bintang, hewan, jiwa dan
lain-lainnya.
3.
Metafisika : buku-buku yang terutama tentang filsafat.
4.
Pengetahuan praktis : Ethica Eudemia, Ethica Nichomachea,
kedua-keduanya tentang tingkah laku, Republica Atheniensium (tatanegara Atena),
Rhetorica (tentang berceramah dan berpidato) dan Poetica.
B.
Logika Biji ajaran Aristoteles tentang logika berdasarkan
ajaran tentang jalan pikiran (ratiocinium) dan bukti. Jalan pikiran itu baginya
berupa syllogismus, yaitu putusan dua yang tersusun demikian rupa sehingga
melahirkan putusan yang ketiga.
C.
Ontologia Ajaran Aristoteles tentang fisika dan
metafisika umum (ontologia) tidak selalu dapat dibeda-bedakan atau
dipisah-pisahkan. Yang penting bagi kita ialah metafisikanya. Menurutnya yang
sungguh-sungguh ada itu bukanlah yang umum, melainkan yang khusus, satu per
satu.
D.
Hule dan Morfe. Unsur yang menjadi dasar permacam-macaman
ini disebut oleh Aristoteles hule, adapun unsur kesatuan itu sebutnya morfe.
Tiap-tiap benda yang konkrit terdiri dari hule dan morfe, karena hulenya maka
benda itu benda itulah (bukan benda yang lain), karena morfenya mempunyai inti
dan dari itu termasuk pada suatu macam dan dapat ditangkap oleh budi. Jadi
menurut saya hule dan morfe saling mengisi dan ada keterkaitannya. Hule dan
morfe ini merupakan satu kesatuan dan tak dapat dipisahkan, tak ada hule tanpa
morfe, begitu pula sebaliknya.
E.
Aktus dan Potensia. Pontesia ialah dasar kemungkinan,
sedangkan aktus ialah dasar kesungguhannya. Barang sesuatu mungkin karena
potensinya. Ia sudah ada karena aktusnya. Dalam hal yang konkrit itu maka hule
merupakan potensia sedangkan morfenya merupakan aktus.
F.
Abstraksi. Idea tidaklah merupakan realitas tersendiri
didunia sendiri, melainkan sifat-sifat yang sama terdapat pada hal-hal yang
kongkrit. Oleh karena semua hal yang semacam itu memiliki sifat itu, maka
umumlah, oleh karena semua hal yang semacam itu harus memiliki sifat itu, maka
mutlaklah ia, tetap tak berubah.
G.
Antropologi dan etika. Filsafat Aristoteles tentang
manusia sebetulnya tidak begitu terang seperti ajarannya tentang hal-hal
diatas. Baginya manusia itu hal yang istimewa ia membeda-bedakan ada menurut
kesempurnaan masing-masing. Ada terdapat ada segitu saja seperti logam dan
lain-lain, terdapat pula ada hidup vegetatif, seperti tumbuh-tumbuhan, terdapat
pula yang kecuali ada dan hidup vegetatif masih berasa, jadi sensitif, seperti
binatang. Manusia disamping kesempurnaan ada yang ketiga diatas itu masihlah
pula berbudi. Manusia tidak hanya ada saja dan pula hidup vegeatif serta
sensitif, melainkan juga rasionil. Baginya yang sensitif dan vegetatif itu kena
rusak maka karena itu akan mati, adapun rasionil tidaklah kena mati, karena
merupakan roh. Bagian yang roh dan bagian yang mendukung budinya ini akan terus
ada, setelah manusia meninggal.
Menurut Aristoteles tujuan tertinggi
yang dicapai ialah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan ini bukan kebahagiaan
yang subjektif, tetapi suatu keadaan yang sedemikian rupa, sehingga segala
sesuatu yang termasuk keadaan bahagia itu terdapat pada manusia. Tujuan yang
dikejar adalah demi kepentingan diri sendiri, bukan demi kepentingan orang
lain. Isi kebahagiaan tiap makhluk yang berbuat ialah, bahwa perbuatan sendiri
bersifatnya khusus itu disempurnakan. Jadi kebahagiaan manusia terletak disini,
bahwa aktifitas yang khas miliknya sebagai manusia itu disempurnakan. Padahal
cirri khas manusia ialah bahwa ia adalah makhluk rasional. Jadi puncak
perbuatan kesusilaan manusia terletak dalam perkiraan murni. Kebahagiaan
manusia yang tertinggi, yang dikejar oleh tiap manusia ialah berpikir murni.
Tetapi puncak itu hanya dicapai oleh para dewa, manusia hanya dapat mencoba mendekatinya
dengan mengatur keinginannya.
Aristoteles menganggap Plato (gurunya)
telah menjungkir-balikkan segalanya. Dia setuju dengan gurunya bahwa kuda
tertentu “berubah” (menjadi besar dan tegap, misalnya), dan bahwa tidak ada
kuda yang hidup selamanya. Dia juga setuju bahwa bentuk nyata dari kuda itu
kekal abadi. Tetapi idea-kuda adalah konsep yang dibentuk manusia sesudah
melihat (mengamati, mengalami) sejumlah kuda. Idea-kuda tidak memiliki
eksistensinya sendiri: idea-kuda tercipta dari ciri-ciri yang ada pada
(sekurang-kurangnya) sejumlah kuda. Bagi Aristoteles, idea ada dalam
benda-benda.
Pola pemikiran Aristoteles ini
merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang
kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi
adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal
bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal
yang masuk dalam kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru
akal itulah yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari
makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami
sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada idea-bawaan.
Aristoteles menegaskan bahwa ada dua
cara untuk mendapatkan kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran
baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode empiris-induktif. Dalam metode
rasional-deduktif dari premis dua pernyataan yang benar, dibuat konklusi yang
berupa pernyataan ketiga yang mengandung unsur-unsur dalam kedua premis itu.
Inilah silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika, yaitu cabang
filsafat yang secara khusus menguji keabsahan cara berfikir. ,zokigol Logika dibentuk dari kata, dan berartizogol sesuatu yang diutarakan. Daripadanya
logika berarti pertimbangan pikiran atau akal yang dinyatakan lewat kata dan
dinyatakan dalam bahasa.
Dalam metode empiris-induktif pengamatan-pengamatan indrawi yang sifatnya partikular dipakai sebagai basis untuk berabstraksi menyusun pernyataan yang berlaku universal
Dalam metode empiris-induktif pengamatan-pengamatan indrawi yang sifatnya partikular dipakai sebagai basis untuk berabstraksi menyusun pernyataan yang berlaku universal
.Aristoteles mengandalkan pengamatan
inderawi sebagai basis untuk mencapai pengetahuan yang sempurna. Itu berbeda
dari Plato. Berbeda dari Plato pula, Aristoteles menolak dualisme tentang
manusia dan memilih “hylemorfisme”: apa saja yang dijumpai di dunia secara
terpadu merupakan pengejawantahan material (“hyle”) sana-sini dari bentuk
(“morphe”) yang sama. Bentuk memberi aktualitas atas materi (atau substansi)
dalam individu yang bersangkutan. Materi (substansi) memberi kemungkinan
(“dynamis”, Latin: “potentia”) untuk pengejawantahan (aktualitas) bentuk dalam
setiap individu dengan cara berbeda-beda. Maka ada banyak individu yang
berbeda-beda dalam jenis yang sama. Pertentangan Herakleitos dan Parmendides
diatasi dengan menekankan kesatuan dasar antara kedua gejala yang “tetap” dan
yang “berubah”.
Dalam konteks ini dapat dimengerti bila Aristoteles ada pada pandangan bahwa wanita adalah “pria yang belum lengkap”. Dalam reproduksi, wanita bersifat pasif dan reseptif, sedang pria aktif dan produktif. Semua sifat yang aktual ada pada anak potensial terkumpul lengkap dalam sperma pria. Wanita adalah “ladang”, yang menerima dan menumbuhkan benih, sementara pria adalah “yang menanam”. Dalam bahasa filsafat Aristoteles, pria menyediakan “bentuk”, sedang wanita menyumbangkan “substansi”.
Dalam makluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia), bentuk diberi nama “jiwa” (“psyche”, Latin: anima). Tetapi jiwa pada manusia memiliki sifat istimewa: berkat jiwanya, manusia dapat “mengamati” dunia secara inderawi, tetapi juga sanggup “mengerti” dunia dalam dirinya. Jiwa manusia dilengkapi dengan “nous” (Latin: “ratio” atau “intellectus”) yang membuat manusia mampu mengucapkan dan menerima “logoz”. Itu membuat manusia memiliki bahasa.
Dalam konteks ini dapat dimengerti bila Aristoteles ada pada pandangan bahwa wanita adalah “pria yang belum lengkap”. Dalam reproduksi, wanita bersifat pasif dan reseptif, sedang pria aktif dan produktif. Semua sifat yang aktual ada pada anak potensial terkumpul lengkap dalam sperma pria. Wanita adalah “ladang”, yang menerima dan menumbuhkan benih, sementara pria adalah “yang menanam”. Dalam bahasa filsafat Aristoteles, pria menyediakan “bentuk”, sedang wanita menyumbangkan “substansi”.
Dalam makluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia), bentuk diberi nama “jiwa” (“psyche”, Latin: anima). Tetapi jiwa pada manusia memiliki sifat istimewa: berkat jiwanya, manusia dapat “mengamati” dunia secara inderawi, tetapi juga sanggup “mengerti” dunia dalam dirinya. Jiwa manusia dilengkapi dengan “nous” (Latin: “ratio” atau “intellectus”) yang membuat manusia mampu mengucapkan dan menerima “logoz”. Itu membuat manusia memiliki bahasa.
Pemikiran Aristoteles merupakan harta
karun umat manusia yang berbudaya. Pengaruhnya terasa sampai kini, — itu berkat
kekuatan sintesis dan konsistensi argumentasi filsafatinya, dan cara kerjanya
yang berpangkal pada pengamatan dan pengumpulan data. Singkatnya, ia berhasil
dengan gemilang menggabungkan (melakukan sintesis) metode empiris-induktif dan
rasional-deduktif tersebut diatas.
Aristoteles adalah guru Iskandar Agung, raja yang berhasil membangun kekaisaran dalam wilayah yang sangat besar dari Yunani-Mesir sampai ke India-Himalaya. Dengan itu, Helenisme (Hellas = Yunani) menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan pemikiran filsafati dan kebudayaan di wilayah Timur Tengah juga.
Aristoteles adalah guru Iskandar Agung, raja yang berhasil membangun kekaisaran dalam wilayah yang sangat besar dari Yunani-Mesir sampai ke India-Himalaya. Dengan itu, Helenisme (Hellas = Yunani) menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan pemikiran filsafati dan kebudayaan di wilayah Timur Tengah juga.
Aristoteles menempatkan filsafat dalam
suatu skema yang utuh untuk mempelajari realitas. Studi tentang logika atau
pengetahuan tentang penalaran, berperan sebagai organon (“alat”) untuk sampai
kepada pengetahuan yang lebih mendalam, untuk selanjutnya diolah dalam theoria
yang membawa kepada praxis. Aristoteles mengawali, atau sekurang-kurangnya
secara tidak langsung mendorong, kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani,
zoologi, ilmu kedokteran, dan tentu saja fisika. Ada benang merah yang nyata,
antara sumbangan pemikiran dalam Physica (yang ditulisnya), dengan Almagest (oleh
Ptolemeus), Principia dan Opticks (dari Newton), serta Experiments on
Electricity (oleh Franklin), Chemistry (dari Lavoisier), Geology (ditulis oleh
Lyell), dan The Origin of Species (hasil pemikiran Darwin). Masing-masing
merupakan produk refleksi para pemikir itu dalam situasi dan tradisi yang
tersedia dalam zamannya masing-masing.
0 comments:
Post a Comment