A.
Pengertian
Belajar dan Pembelajaran
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian belajar, diantaranya :
1.
Howard L. Kingsley dalam Dantes
(1997) mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses bukan produk. Proses
dimana sifat dan tingkah laku ditimbulkan dan diubah melalui praktek dan
latihan‟.
2. Hilgard dalam Nasution (1997:35) mengatakan bahwa belajar adalah
“proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang
dibedakan dari perubahan-perubahan oleh factor-faktor yang tidak termasuk latihan‟.
3. Jauhari (2000:75) mengatakan bahwa belajar adalah „proses untuk
memperoleh perubahan yang dilakukan secara sadar, aktif, dinamis, sistematis,
berkesinambungan, integrativ dan tujuan yang jelas‟.
4.
Fontana dalam Khoir (1991)
memusatkan belajar dalam tiga hal, yaitu belajar adalah mengubah tingkah laku,
perubahan adalah hasil dari pengalaman, dan perubahan terjadi dalam perilaku
individu.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa BELAJAR adalah suatu
proses yang dilakukan secara sadar, aktif, dinamis, dan sistematis melalui
praktek dan memiliki tujuan yang jelas.
Skinner dalam Syamsudin (2000)
berpendapat bahwa proses belajar melibatkan tiga tahapan yaitu adanya
rangsangan, lahirnya perilaku dan adanya penguatan.
B.
Aliran
dan Teori
1.
Aliran
Behavioristik/Tingkah Laku.
Beberapa teori belajar dari
psikologi behavioristik dikemukakan oleh beberapa pakar psikologi
behavioristik. Mereka ini sering Contemporasi behavioristik yang dikenal dengan
S—R Psikologis. Mereka berpendapat tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh
ganjaran (reward) atau penguatan (Reinforcement) dari lingkungan. Perkembangan
teori ini dipelopori oleh Thorndike, Ivand Povlov, Watson, dan Guthris.
Jadi belajar menurut teori ini
adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara Stimulus
dan Respon atau lebih tepat perubahan yang diala-mi siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara baru se-bagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon. Meskipun semua penganut ini setuju dalam premis
dasar namum mereka berbeda pendapat dalam beberapa hal penting. Berikut ini
kita kaji hasil karya dari beberapa penganut aliran ini yang paling penting
yaitu THORNDIKE, WATSON, HUL, GUTHRIE dan SKINNER.
a.
THORNDIKE
Menurut Thorndike, salah satu
pendiri aliran tingkah laku, belajar adalah proses interaksi antara Stimulus
dan Respon (mungkin berupa pikiran, pera-saan atau gerakan) dan respon (bisa
berbentuk pikiran, perasaan atau gerakan, jelasnya menurut Thorndike, perubahan
tingkah laku itu berupa wujud sesuatu yang kongkrit (dapat diamati) atau yang
non konkret (tidak bisa diamati). Meskipun Thorndike tidak menjelaskan
bagaimana cara mengukur berbagai tingkah laku yang non konkrit itu ( pengukuran
adalah suatu hal yang menjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku) tetapi
teori Thorndike ini telah banyak memberikan insprirasi kepada pakar lain yang
datang sesudahnya, teori Thorndike ini disebut sebagai aliran koneksionis
(Connectionisme).
b.
WATSON
Menurut Watson, pelopor lain yang
datang sesudah Thorndike, stimulus dan respon, tersebut harus berbentuk tingkah
laku yang bisa diamati (observable) dengan kata lain, Watson mengabaikan
berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menggabungnya
sebagai faktor yang tak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental
yang mungkin terjadi dalam benak siswa tidak penting, semua itu penting tapi,
faktor – faktor terse-but tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah
terjadi atau belum.
Hanya dengan asumsi demikian, kata watson kita bisa meramalkan perubahan yang bakal terjadi pada siswa, dan hanya dengan demikianlah psikologi dan ilmu tentang belajar dapat disejajarkan dengan ilmu – ilmu lainnya seperti fi-sika, atau biologi yang sangat berorientasi kepada alam empirik.
Hanya dengan asumsi demikian, kata watson kita bisa meramalkan perubahan yang bakal terjadi pada siswa, dan hanya dengan demikianlah psikologi dan ilmu tentang belajar dapat disejajarkan dengan ilmu – ilmu lainnya seperti fi-sika, atau biologi yang sangat berorientasi kepada alam empirik.
Penganut aliran tingkah laku
lebih suka memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang bisa diukur, meskipun
mereka tetap mengakui bahwa semua itu penting, teori watson ini juga disebut
sebagai aliran tingkah laku (behaviorism).
Tiga pakar lainnya adalah CLARK
HULL, EDWIN GUTHRIE dan B.F. SKINNER. Ketiga pakar terakhir ini menggunakan
variabel S-R. Untuk men-jelaskan teori – teori mereka, meskipun tiga pakar ini
disebut tokoh Behavi-oristik namun pendapat mereka satu sama lainnya secara
prinsip tetap berbeda.
c.
CLARK
HULL
Clark Hull sangat terpengaruh oleh
teori evolusinya, Charles Darwin. Bagi Hull, seperti dalam teori evolusi semua
fungsi tingkah laku bermanfaat teru-tama untuk menjaga kelangsungan hidup,
karena itu dalam teori Hull kebutu-han biologis dan pemuasan kebutuhan biologis
menempati posisi sentral sti-mulus hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis ini, meskipun respon mungkin bermacam – macam bentuknya.
Teori ini, terutama setelah SKINNER memperkenalkan teori ternyata tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berba-gai bidang eksperimen dalam laboratorium.
Teori ini, terutama setelah SKINNER memperkenalkan teori ternyata tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berba-gai bidang eksperimen dalam laboratorium.
d.
EDWIN
GUTHRIE
Menurut Edwin Guthrie, stimulus
tidak berbentuk kebutuhan biologis, yang terpenting dalam teori Guthrie adalah,
bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung bersifat sementara. Karena
itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan ini menjadi labih
langsung. Selain itu, suatu respon berhubungan dengan bermacam stimulus.
Contohnya kenapa kebiasaan merokok, sulit ditinggalkan. Seringkali terjadi, perbuatan merokok tidak hanya berhubungan dengan satu macam, stimulus (kenikmatan menorok), tetapi juga dengan stimulus lainnya (seperti minum kopi, teh, dan lain – lain, berkumpul dengan teman-teman, ingin nampak ga-gah dan lain–lain). Maka setiap kali salah satu atau lebih stumulus itu muncul maka segera pula keinginan merokok itu muncul.
Guthrie percaya bahwa “hukuman” memegang peranan penting dalam proses balajar. Menurut Guthrie suatu hukuman yang diberikan pada saat yang te-pat,untuk tujuan yang tepat, akan mampu merobah kebiasaan seseorang dima-sa yang akan datang. Faktor hukuman ini tidak lagi dominan dalam teori – teori tingkah laku, terutama setelah SKINNER yakni mempopulerkan ide ten-tang “penguatan” (Reinforcement).
Contohnya kenapa kebiasaan merokok, sulit ditinggalkan. Seringkali terjadi, perbuatan merokok tidak hanya berhubungan dengan satu macam, stimulus (kenikmatan menorok), tetapi juga dengan stimulus lainnya (seperti minum kopi, teh, dan lain – lain, berkumpul dengan teman-teman, ingin nampak ga-gah dan lain–lain). Maka setiap kali salah satu atau lebih stumulus itu muncul maka segera pula keinginan merokok itu muncul.
Guthrie percaya bahwa “hukuman” memegang peranan penting dalam proses balajar. Menurut Guthrie suatu hukuman yang diberikan pada saat yang te-pat,untuk tujuan yang tepat, akan mampu merobah kebiasaan seseorang dima-sa yang akan datang. Faktor hukuman ini tidak lagi dominan dalam teori – teori tingkah laku, terutama setelah SKINNER yakni mempopulerkan ide ten-tang “penguatan” (Reinforcement).
e.
B.F.
SKINNER
B.F. Skinner adalah tokoh yang
datang kemudian, mempunyai pendapat lain, yang ternyata mempumyai pamor teori –
teori, Hull dan Guthrie. Hal ini mungkin karena kemampuan Skinner dalam
“menyederhanakan kerumitan teorinya serta menjelaskan konsep – konsep yang ada
dalam teorinya itu. Menurut Skinner, deskripsi hubungan antara Stimulus dan
Respon untuk me-nyelesaikan perubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan
lingkungan) menurut versi Watson deskripsi belum lengkap, kalau respon yang
diberikan oleh siswa sederhana sekali. Dari semua
pendukung teori tingkah laku, mungkin teori Skinnerlah yang pal-ing besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa program pembelajaran
seperti TEACHING Mach INE” Mathetic” atau program–program lain yang memakai
konsep stimulus–respon, dan faktor penguat (REINFORCEMENT) adalah sebagian
contoh program yang memanfaatkan teori. SKINNER ini. Ada enam solusi yang
melandasai teori kondisioning operand B.H. SKINNER adalah
1)
Belajar
itu adalah TL
2)
Perubahan
TL (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya peru-bahan dalam
kejadian dilingkungan.
3)
Hubungan
antara TL dengan hukum lingkungan
4)
TL
merupakan sumber informasi
5)
TL.
Organisme secara individu merupakan sumber data yang cocok
6)
Dinamika
interaksi organisme dengan lingkungan itu sama.
2.
Aliran
Kognitif
Menurut teori ini, ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seseorang individu melalui proses interaksi
yang berkesinambungan dengan lingkungan, proses ini tidak berjalan
terpatah–patah, tetapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung,
menyeluruh ibarat seseorang yang memainkan musik, orang ini tidak memakai
not–not balok yang terpampang di partitur sebagai informasi yang saling lepas
berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang secara utuh masuk
kepikiran dan perasaannya. Dalam praktek, teori ini antara lain terwujud dalam
tahap–tahap perkembangan yang diusulkan oleh Jean Peaget “belajar ber-maknanya”
Ausubel dan belajar penemuan yang bebas” (Free discovery learning) oleh Jerome
Bruner.
Jadi menurut aliran Kognitif ini
tingkah laku individu senantiasa didasarkan ke-pada kognisi, yaitu tindakan
mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi, di dalam
situasi belajar individu harus terlibat langsung yang pada akhirnya ini akan
memperoleh insight untuk memecahkan masalah. Para penganut aliran kognitif ini
adalah PIAGET , AUSUBEL dan BRUNER.
a.
JEAN
PIAGET
Menurut Jean Piaget proses
belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahap yakni asimilasi, akomudasi,
equilibrasi (penyambungan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan
(pengintegrasian) informasi baru, kestruktur kognitif yang sudah ada dalam
benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi
yang baru. Equalibrasi adalah penyesuaian berkesenam-bungan antara asimilasi
dengan akomodasi.
Suatu contoh, seorang siswa yang sdah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses Pengintegrasian an-tara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dibenak siswa) dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) disebut proses asimilasi, jika siswa diberi sebuah soal perkalian, maka situasi ini disebut akomodasi, ini berarti pema-kaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut terjadi dalam situasi yang baru dan spesifik.
Suatu contoh, seorang siswa yang sdah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses Pengintegrasian an-tara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dibenak siswa) dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) disebut proses asimilasi, jika siswa diberi sebuah soal perkalian, maka situasi ini disebut akomodasi, ini berarti pema-kaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut terjadi dalam situasi yang baru dan spesifik.
Agar siswa tersebut dapat
berkembang dan menambah ilmunya, harus tetap menjaga stabilitas mental dalam
dirinya diperlukan proses penyeimbangan, proses inilah yang disebut
equalibrasi. Proses penyeimbangan antara “dunia luar” dengan “dunia dalam”
tanpa proses ini perkembangan kognitif seseo-rang akan tersendat–sendat dan
berjalan tak teratur (Dis Organizet).
Menurut Piaget proses belajar
harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dialami siswa. Dalam
hal ini Piaget membagi empat tahap yaitu tahap sensoris motor ketika anak
berumur 1,5–2 tahun, tahap pra operasional 2/3–7/8 tahun, tahap operasi konkrit
7/8–12/14 tahun dan tahap operasi formal 14 tahun keatas.
b.
AUSUBEL
Menurut Ausubel siswa akan
belajar dengan baik jika apa yang disebut “pengatur kemajuan balajar (Advance
Organizeis), didefenisikan dan dipresentasi-kan dengan baik dan tepat kepada
siswa, pengatur kemajuan balajar adalah konsep atau informasi umum yang
mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.
Ausubel percaya bahwa “advance Organizers” dapat memberikan tiga macam manfaat yakni :
Ausubel percaya bahwa “advance Organizers” dapat memberikan tiga macam manfaat yakni :
1)
dapat
menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari
oleh siswa.
2)
dapat
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari
olah siswa “saat itu” dengan apa yang “akan” dipelajari siswa sedemikian rupa
sehingga
3)
mampu
membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
c.
BRUNER
Bruner mengusulkan teorinya
disebut Free Discovery Learning. Menurut teori ini, proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya)
melalui contoh–contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi
sumbernya. Dengan kata lain, siswa dibimbing secara induktif untuk memahami
suatu ke-banaran umum, untuk memahami konsep “kejujuran” misalnya siswa tidak
pertama – tama menghafal definisi kata itu, tetapi mempelajari contoh – con-toh
konkrit tentang kejujuran, dan dari contoh – contoh itulah siswa dibimbing
untuk mendefinisikan kata kejujuran. Lawan pendekatan ini disebut “balajar
ekspositori” (belajar dengan cara men-jelaskan), dalam hal ini, siswa di sodori
sebuah informasi umum dan diminta untuk menjelaskan informasi ini melalui
contoh–contoh konkrit.
3.
Aliran
Humanistik
Dari beberapa teori belajar,
teori humanistik inilah yang paling abstrak yang paling mendekati dunia filsafat
dari pada dunia pendidikan. Teori ini menekankan kepada pentingnya “isi” dari
proses belajar dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar, dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata
lain, teori ini bersifat eklektik, teori apapun dapat dimanfaatkan asal
tujuannya untuk memuliakan kemanusiaan ma-nusia (mencapai aktualisasi dan sebagainya)
itu dapat tercapai.
Dalam praktek, teori ini antara
lain terwujud dalam pendekatan yang diusulkan oleh Ausubel yang disebut
“belajar bermakna” atau meaningfull learning (sebagai catatan, teori Ausubel
ini juga dimasukkan kedalam aliran kognitif). Teori ini juga terwujud dalam
teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk taksonomi Bloom yang terkenal itu,
selain itu empat tokoh lain yang termasuk kedalam kubu teori ini adalah Kolb,
Honey dan Mumford serta Habermas.
a.
BLOOM
DAN KRATHWOHL
Bloom dan krathwohl, menunjukan
apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa yang tercakup dalam tiga
kawasan yaitu: kawasan kognitif, affektif, psikomotor.
Taksonomi Bloom ini telah
berhasil memberikan inspirasi kepada banyak pakar lain untuk menyumbangkan
teori–teori belajar dan pembelajaran pada tingkat praktis, bahkan telah banyak
membantu praktisi pendidikan untuk memformulasikan tujuan – tujuan belajar
dalam bahasa yang mudah dipahami, operasional, serta dapat diukur dari beberapa
taksonomi belajar. Mungkin bloom ini yang paling populer khususnya di
Indonesia. Selain itu teori bloom ini bayak dipakai untuk membuat kisi – kisi
soal ujian.
b.
KOLB
Kolb membagi tahapan belajar menjadi
empat tahap yaitu :
1)
pengalaman
konkrit
2)
pengamatan
aktif dan replektif
3)
konseptualisasi
4)
ekspermentasi
aktif
c.
HONEY
DAN MUMFORD
Berdasarkan teori Kolb, Honey dan
Mumford mebuat penggolongan siswa. Menurut mereka, ada empat macam atau tipe
siswa, yakni aktivis, reflektor, teoris, pragmatis.
1)
Siswa
tipe aktivis adalah mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman–pengalaman
baru, mereka cenderung berfikiran terbuka dan mudah diajak berdialog, namun
siswa semacam ini biasanya kurang skeptis menghadap se-suatu.
2)
Siswa
tipe refleksi, sebaliknya, cenderung sangat hati-hati mengambil langkah, dalam
proses pengambilan keputusan, siswa seperti ini cenderung konservatif, dalam
arti mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruk suatu
keputusan.
3)
Siswa
tipe teoris, biasanya sangat kritis, senang menganalisis dan menyukai pendapat
atau penilaian yang sifatnya subjektif bagi mereka, berfikir secara rasional
adalah sesuatu yang sangat penting mereka biasanya juga sangat se-lektif dan
tidak menyukai hal- hal yang bersifat spekulatif.
4)
Siswa
tipe pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek aspek dari segala hal, teori
memang penting, kata mereka, namun bila teori tak bisa dipraktek-kan, untuk apa
? mereka tidak bisa betele-tele, sesuatu dikatakan ada gunanya dan baik hanya
jika bisa dipraktekan.
d.
HABERMAS
Habermas percaya bahwa belajar
sangat dipengaruhi oleh interaksi baik den-gan lingkungan maupun dengan sesama
manusia. dengan asumsi ini, dia membagi tipe belajar menjadi tiga macam yaitu :
1)
Belajar
teknis (technical Learning)
Dalam belajar teknis, siswa
belajar bagaimana berinteraksi dengan alam se-kelilingnya, mereka berusaha
menguasai dan mengelola alam dengan cara mempelajari keterampilan dan pengetahuan
yang dibutuhkan untuk itu.
2)
Belajar
praktis (practical learning)
Dalam belajar praktis, siswa juga
belajar berinteraksi, tetapi pada tahap ini lebih dipentingkan adalah interaksi
dia dengan orang – orang sekelilingnya.
3)
Belajar
emansifatoris (emancifatory learning)
Dalam belajar emansipatoris,
siswa berusaha mencapai pemaha-man dan kesadaran yang sebaik mungkin tentang
perubahan (transformasi) kultural dari suatu lingkungan.
4.
Aliran
Psikologi GESTALT
Tokoh Psikologi Gestalt adalah
Wertheimer, Kohler, Kooffka. Wertheimer. Gestalt mengatakan bahwa organisme
menambahkan sesuatu pa-da penghayatan yang tidak terdapat didalam
pengindraannya, maka sesuatu ada-lah organisme. Dari sumber lain dengan gaya
bahasa yang berbeda dapat dibaca pendapat gestalt sebagai berikut, bahwa pengalaman
itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan yang terorganisir, bukan
dalam bagian – bagian yang terpisah.
Menurut gestalt, semua kegiatan
belajar menggunakan insight atau pemahaman terhadap hubungan – hubungan, antara
bagian atau keseluruhan, tingkat kejelasan atau keberartian dari apa yang
diamati dalam situasi belajar adalah lebih mening-katkan belajar seseorang dari
pada dengan hukuman dan jajaran.
5. Aliran / Teori Sosial Albert
Bandura
Teori belajar sosial diawali
dengan kepercayaan bahwa proses dan isu psikologi yang penting telah diabaikan
atau hanya dipelajari sebagian–sebagian saja oleh teori–teori lain. Menurut teori
belajar siswa, hal yang amat penting ialah kemampuan individu untuk mengambil
sari informasi dari tangkah laku orang lain, memutuskan tingkah laku mana yang
akan diambil. Teori belajar sosial Bandura oleh Albert. Bandura berusaha
menjelaskan hal belajar dalam latar yang wajar. Asumsi yang menjadi dasar teori
ini bahwa belajar sosial memberikan makna:
a.
hakekat
belajar dalam latar alami
b.
hubungan
belajar dengan lingkungan
c.
definisi
dari apa yang dipelajari.
Bandura berpendapat “paham belajar sosial orang tidak didorong
oleh tenaga dari dalam demikianpun tidak digencet stimulus–stimulus yang
berasal dari lingkungan, alih – alih fungsi psi-kologi orang tidak dijelaskan
sebagai interaksi timbal balik yang terus menerus terjadi antara faktor–faktor
penentu pribadi dan lingkungannya (1977).
6.
Aliran
Sibernetik
Teori ini berkembang sejalan
dengan perkemban-gan ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah
pengolahan informasi. Asumsi lain dari teori sibenertik ini adalah bahwa tidak
ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk
semua siswa, Maka sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan
satu macam proses be-lajar dan informasi yang sama itu mungkin akan di pelajari
Siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Dalam bentuk yang lebih praktis,
teori ini telah dikembangkan oleh Lauda (dalam pendekatan yang disebut
“algoritmik” dan “heuristik”) Pas dan Scott (dengan pembagian siswa tipe
“menyeluruh” atau Wholist” dan tipe “serial” atau “serialis”) atau pendekatan –
pendekatan lain yang berorientasi pada pengolahan in-formasi.
a.
Landa
Menurut Landa ada dua macam
proses berfikir yang pertama disebut proses berfikir algoritmik, yaitu proses
berfikir linear, konvergan, lurus menuju kesatu terget tertentu, Jenis kedua
adalah cara berfikir heuristik, yakni cara berfikir divergan menuju beberapa
target sekaligus.
b.
Pask
dan Scott
Pendekatan serialis yang
diurutkan oleh Pask dan Scott itu sama dengan pen-dekatan algoritmik. Namun
cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan heusristik. Cara
berfikirnya menyeluruh adalah cara berfikir yang cenderung melompat kedepan,
langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.