Pages

Tuesday, 14 January 2014

KISI-KISI TAS ULUMUL QUR’AN



1.       TARJAMAH, TAFSIR, TAKWIL, & HERMENEUTIKA
No.
Pembahasan
Takwil
Tafsir
Tarjamah
1
Pengertian secara Bahasa
Awala-yuawilu-takwilan;  berarti mengembalikan atau membalik-kan
Fassara-yufassiru-tafsiran; bermakna al-bayan  atau al-idhah. (penjelasan, uraian, keterangan,  interpretasi, dan komentar)
Fassara wa syaraha bi lisanin akhar; menafsirkan dan menerangkan dengan bahasa lain
2
Pengertian secara Istilah
Mengembalikan pada sumber atau tujuan
Ilmu yang berhubungan memahami al-Qur’an dengan batas kemampuan manusia
-      Terjamah  Harfiyah:  memindahkan  kata-kata yang  sinonim  dengan  bahasa  yang  lain diterjemahkan  sesuai  dengan  kata-kata  yang  menerjemahkan, secara tertib.
-      Terjemah  Tafsiriah  atau  Maknawiyah:  menjelaskan maksud kalimat (pembicaraan)  dengan bahasa yang lain tanpa keterikatan dengan tertib maupun tidak.

3
Pengertian secara Konseptual
Usaha mengembalikan lafadz dari benar menuju lebih benar
Menjelaskan yang dimaksud dari kalimat sulit
Pemindahan atau penyalinan dari suatu  bahasa ke bahasa lain 
4
Metode
Metode fenomenologi (kasyful mahjub)
Tafsir tahlili (analisis),
Tafsir  ijmali (meringkas),
Tafsir muqarran  (komparatif),
Tafsir maudhu‟i (tematik)
____
5
Sumber pengetahuan
Epistimologi Irfani
Asbabun Nuzul
Sumber teks
Asbabun Nuzul
____
6
Fungsi
Menemukan makna kedua
Menjelaskan sesuatu yang samar
Merubah bahasa oleh orang yang membaca
7
Persamaan
Menerangkan makna ayat al-Qur’an
Sarana untuk memahami al-Qur’an
8
Perbedaan
Mengalihkan lafadz-lafadz ayat al-Qur’an dari arti yang lahir dan rajih kepada arti lain yang samar dan marjuh.

Menjelaskan  makna  ayat  yang  kadang-kadang dengan panjang  lebar,
Menyimpulkan kandungan ayat-ayat.
Hanya mengubah kata-kata dari bahasa Arab ke bahasa lain tanpa memberikan penjelasan  arti kandungan tidak menyimpulkan dari isi kandungan.
9
Kebenaran
Kebenaran sebuah produk penafsiran diukur sejauh mana  kesesuaian dan kedekatan produk dari sudut  pandang teks.
Dirasakan dan dihayati secara langsung
____
10
Klasifikasi tafsir
____
a.        Tafsir bil al-Ma’tsur
-   Jami al-Bayan fi tafsir  al-Qur’an (Tafsir Thabari), Muhammad B. Jarir  al-Thabari (W.310 H).
-   Bahr al-Ulum (Tafsir al- Samarqandi), Nasr bin Muhammad al-Samarqandi (W.37 H).
b.       Tafsir bil Ro’yi (Mamduh & Madmum)
-   Mafatih al-Ghayb (Tafsir al Razy), Muhammad bin Umar bin al-Husain al  Razy (W.606 H).
-   al-Siraj al-Munir (tafsir al Khatib), Muhammad al-Sharbini al Khatib (W.977 H).
____

2.       MUKJIZATUL QUR’AN
a.        Mukjizat secara Istilah adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang diberikan kepada seorang Nabi/Rosul sebagai bukti Risalah keNabiannya, agar dapat melemahkan orang-orang yang telah meragukannya.
b.       Mukjiz adalah orang yang diberi mukjizat.
c.        Tujuan mukjizat: Bukti kebenaran Nabi, Bukti ajaran-ajaran merupakan wahyu dari Allah, Bukti kebenaran ajaran Allah.
d.       Unsur-unsur yang menyertai Mukjizat: a) Peristiwa luar biasa, b) Diciptakan oleh  Allah SWT, c) Terjadi pada seorang  Nabi, d) Bertentangan dengan hukum Alam/sesuatu yg aneh keluar dari Hukum Alam, e) Mengandung tantangan terhadap yang meragukan keNabian, f) Tantangan tidak mampu atau gagal dilayani / tak tertandingi.
e.       Tahapan Tantangan al-Qur’an: a) Membuat semisal al-Qur’an (umum), b) Membuat sepuluh surat yang semisal al-Qur’an, c) Membuat satu surat yang semisal al-Qur’an.
f.         Macam-macam Mukjizat: Hissi (dapat dilihat, didengar, dirasakan; cth: mukjizat para nabi), Ma’nawi (tidak dapat dicapai oleh pancaindera, tapi dicapai dengan aqli & naqli; cth: al-Qur’an).
g.        Mukjizat al-Qur’an: a) Nada dan langgamnya indah, b) Singkat & padat, c) Memuaskan para pemikir, d) Memuaskan akal & jiwa, e) Keindahan & ketetapan makna, f) Keseimbangan jumlah bilangan.
h.       Hikmah Mempelajari Mukjizat al-Qur’an: a) Membuktikan keRosulan Nabi Muhammad, b) Membuktikan kebenaran al-qur’an adlah wahyu Allah, c) Menunjukkan kelemahan manusia dalam hal kemampuan sastra dan balaghoh bahasa manusia, d) Mengetahui bentuk-bentuk hukum yang disampaikan Allah dalam mengatur kehidupan manusia.
3.       FAWATIHUS SUWAR
a.        Fawatihussuwar adalah pembukaan-pembukaan surat yang merupakan huruf Muqatha’ah (kumpulan huruf tanpa nama), dan bukan merupakan nama surat.
b.       Macam-macam Fawatihussuwar:
-      Pembukaan dengan pujian kepada Allah: a) Menetapkan sifat-sifat terpuji kepada Allah dengan menggunakan  lafal  hamdalah  (للهدًحنا)(Q.S. al-Fatihah, al-An’am, al-Kahfi, Saba’, Fathir), b) Menggunakan  lafal (كرابت) (Q.S. al-Furqon, al-Mulk).
-      Pembukaan dengan huruf yang terputus terdapat dalam 29 surat dengan memakai 14 huruf tanpa   diulang, yakni ( ا \ ي \ ـه \ ٌ \ و \ ل \ ك \ ق \ ع \ ك \ ص \ ض \ ز \ ح ). 1) Pembuka  surat  dengan  satu  huruf; (ص)Q.S. Shad (ق), Q.S. Qaf, dan (ن) Q.S. Nun. 2) Pembuka  surat  dengan  dua  huruf;  (حم)Q.S. al-Mu’min, al-Sajdah, al-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahkaf; (طه) Q.S. Thaha; (طس) Q.S. al-Naml; dan ) (يس)Q.S. Yasin. 3) Pembukaan dengan  tiga  huruf; (الم) Q.S. al-Baqarah, Ali Imran, al-Ankabut, al-Rum, Luqman, al-Sajdah; (الر) Q.S. Yunus, Hud, Ibrahim, Yusuf, Q.S. al-Hijr; dan  (طسم)Q.S. al-Qashash dan al-Syu’ara. 4) Pembukaan  dengan  empat  huruf; (الر) Q.S. al-Ra’ad; dan (المص) al-A’raf. 5) Pembukaan dengan lima huruf; (كهيعص) Q.S. Maryam; dan (حم عسق) Q.S. al-Syuara
-      Pembukaan dengan panggilan untuk Nabi (Q.S. Qs. Al-Thalaq, al-Ahzab, al-Tahrim), panggilan untuk kaum mu’minin (Q.S. al-Maidah, al-Mumtahanah, al-Hujuraat), panggilan untuk manusia (Q.S. an-Nisaa’, al-Hajj).
-      Pembukaan dengan kalimat jumlah ismiyah (Q.S. Muhammad, an-Nur, at-Taubah), jumlah fi’liyah (Q.S. al-Mu’minun, al-Anfal, an-Nahl).
-      Pembukaan dengan sumpah dengan benda angkasa (Q.S. as-Shaffat, at-Thariq), sumpah dengan benda-benda bawah (Q.S. at-Tin, al-‘Adiyat), sumpah dengan waktu (Q.S. al-Lail, ad-Dhuha).
-      Pembukaan dengan syarat (Q.S. al-Waqiah, al-Munafiqun, at-Takwir, al-Infithor, al-Insyiqaq, al-Zalzalah, an-Nashr).
-      Pembukaan dengan kata kerja perintah (Q.S. al-Alaq, al-Kafirun, an-Nas, al-Falaq, al-Jin).
-      Pembukaan dengan pertanyaan, positif (Q.S. ad-Dahr, an-Naba’, al-Ghasyiyah, al-Maun) & negatif (Q.S. al-Insyirah, al-Fiil).
-      Pembukaan dengan doa (Q.S. al-Lahab, al-Humazah, al-Mutaffifin).
-      Pembukaan dengan alasan (Q.S. al-Quraisy).
c.        Metode Fawatihussuwar: a) Muhkam (jelas, cth: hukum Tuhan), b) Mutasyabihat (tidak jelas, cth: kemukjizatan al-Qur’an)
4.       MUHKAM dan MUTASYABIH
a.        Muhkam secara bahasa adalah mencegah dan memutuskan, secara istilah adalah ayat yang jelas maknanya dan tidak memerlukan keterangan dari ayat lain.
b.       Mutasyabihat secara bahasa adalah keserupaan dan kesamaan, secara istilah adalah ayat yang belum jelas maknanya, banyak kemungkinan penakwilan, dan hanya Allah yang mengetahuinya.
c.        Dalil Muhkam & Mutasyabihat : Q.S. Ali Imran: 7, Q.S. Hud: 1, Q.S. az-Zumar: 23
d.       Menurut para Ulama:
-      Ayat muhkam; ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang, baik melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui Allah, spt saat kedatangan hari kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-huruf muqatha’ah. (Ahlu as-Sunnah)
-      Ibn Abi Hatim mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang harus dan diamalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang harus diimani, tetapi tidak harus diamalkan.
e.       Contoh muhkam: Q.S. al-Isra: 23, Q.S. an-Nisaa’: 3
f.         Contoh mutasyabih: Q.S. Taha: 5, Q.S. al-Fath: 10, Q.S. az-Zumar: 67.
g.        Sebab muhkam & mutasyabih: a) Kesamaran lafadz (Abasa:31), b) Kesamaan pada makna ayat (al-Fath: 10), c) kesamaran pada lafadz dan makna ayat (al-Baqarah: 189)
h.       Faedah ayat muhkam: a) Rahmat bagi manusia yang memiliki kelemahan bahasa Arab, b) Memudahkan mengetahui arti dan maksud, c) Menghilangkan kesulitan dan kebingungan dalam mempelajari ayat.
i.         Faedah ayat mutasyabihat: a) Memperlihatkan kelemahan akal manusia, b) Teguran bagi orang yang mengutak-atik mutasyabih, c) Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia, d) Memperlihatkan kemukjizatan al-Qur’an.
j.         Hikmah diturunkan ayat mutasyabih: a) Sebagai rahmat Allah, b) Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia, c) Memudahkan orang dalam memahami al-Qur’an, d) Menambah pahala umat manusia, e) Mendorong umat untuk giat belajar.

No comments:

Post a Comment